Rasio Fundamental Untuk Memperoleh Saham yang Baik
Rasio Fundamental Untuk Memperoleh Saham yang Baik. Dalam memilih saham yang baik untuk tujuan investasi, para investor wajib memiliki informasi yang cukup guna menentukan saham perusahaan yang baik.
Untuk menentukan saham yang tepat bagi kerpeluan investasi, maka kita perlu mengenal rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur analisis fundamental.
Analisis tersebut terdiri dari Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Price Book Value (PBV), Return On Equity (ROE), dan Devidend Yield (DY).
Earning Per Share
Jika di-Indonesia-kan Earning Per Share berarti laba bersih per lembar saham. Untuk informasi, jika suatu perusahaan memiliki EPS sebesar Rp100 ini berarti setiap lembar saham menghasilkan keuntungan/laba sebesar Rp100.
Jika hendak berinvestasi, maka carilah perusahaan yang memiliki EPS dengan pertumbuhan yang stabil (trend positive). Jika EPS terus tumbuh naik, ini berarti penjualan dan laba perusahaan tersebut meningkat.
Price Earning Ratio
PER yaitu rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan sebuah perusahaan yang diukur dari harga sahamnya. Semakin kecil PER maka semakin meningkatkan minat para investor.
Atau singkatnya PER adalah lama waktu yang dibutuhkan bagi investor untuk mengembalikan modal yang dipakai ketika membeli saham.
Misal sebuah perusahaan memiliki harga saham sebesar Rp100 dengan EPS sebesar Rp20 per tahun. Maka saham tersebut memiliki PER sebesar Rp100 : Rp20 = 5x.
Jadi sebagai patokan dalam berinvestasi, saham dengan PER dibawah 10x dianggap murah. Sebaliknya, jika saham tersebut memiliki PER diatas 20x dianggap mahal.
Price Book Value
PBV disebut juga sebagai Nilai Perusahaan. Perbedaan antara PER dengan PBV yaitu PBV lebih berfokus pada ekuitas perusahaan tersebut, dibanding laba bersih yang dihasilkannya.
Semisal suatu saham memiliki PBV sebesar 2x, ini berarti harga saham suatu perusahaan telah tumbuh dua kali lipat dibanding kekayaan bersih perusahaan nya.
Untuk informasi, mayoritas investor disarankan untuk membeli saham dengan PBV yang lebih rendah daripada rata-rata PBV industri.
Return on Equity
ROE adalah indikator tingkat keuntungan investor selama berinvestasi pada suatu saham. ROE didapat dari rasio perolehan laba bersih yang dibukukan perusahaan, kekurangan pada ROE yaitu tidak dimasukannya utang dalam perhitungannya.
Misal ROE sebesar 10%, jika perusahaan memiliki kekayaan bersih sebesar Rp100 maka investor memberikan kontribusi laba bersih sebesar Rp10.
Tips menentukan ROE :
- Lakukan perbandingan ROE pada perusahaan sejenis pada industri yang sama, atau dapat juga kita bandingkan dengan rata-rata ROE industri.
- Lakukan perbandingan ROE dari waktu ke waktu (trend), dari trend tersebut investor mampu mengetahui apakah cenderung mengalami peningkatan atau penurunan.
- Pilih saham yang menunjukkan ROE minimal 10%.
Devidend Yield
Rasio yang digunakan untuk menggambarkan seberapa besar pembagian deviden yang dibagikan oleh perusahaan terhadap harga sahamnya di pasar.
Misal suatu perusahaan membagikan deviden sebesar Rp100 per lembar saham, dan harga saham saat ini sebesar Rp1.000. Maka deviden yield nya sebesar 10%.
Untuk itu sebagai investor diusahakan kita memilih saham yang memiliki tingkat deviden yield yang cukup besar, minimal sebesar 3%.
Debt to Equity Ratio
Rasio yang digunakan untuk menggambarkan jumlah hutang dan kewajiban yang dimiliki perusahaan dibanding modal bersihnya.Bila DER kurang dari 1 (<1), berarti perusahaan memilki hutang lebih sedikit dibanding modal bersihnya. Sedangkan bila DER >1 menunjukkan perusahaan tersebut memliki resiko keuangan yang besar.
Untuk itu sebagai investor diusahakan kita memilih saham yang memiliki tingkat DER tidak lebih dari 1.